Salah seorang pedagang bensin eceran di Desa Ambokembang Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan, Ali Mashadi mengungkapkan, antrian pengisian BBM di sejumlah SPBU semakin panjang. Ia harus rela mengantri selama 1 jam untuk kulakan eceran di SPBU.
“Kalau sebelumnya, saya datang langsung dilayani operator SPBU. Tapi, sekarang harus antri hingga 1 jam. Selain itu, tidak semua SPBU mau melayani pembelian berjerigen. Makanya saya terpaksa mencari ke SPBU lain yang mau melayani,” kilah dia.
Kondisi tersebut, membuat pihaknya terpaksa menaikkan harga bensin eceran, dari Rp 7 ribu menjadi Rp 7.500 per liter hingga Rp 10 ribu. “Mau nggak mau, saya harus menaikkan harga eceran. Kalau nggak ya akan rugi, karena sudah lama mengantri,” katanya.
Ia menyayangkan tidak adanya kepastian dari pemerintah terkait rencana kenaikan BBM tersebut. Menurutnya, jika pemerintah tidak memberikan kepastian keapada masyarakat, akan semakin membuat kepanikan masyarakat dan rawan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti penimbunan.
“Kalau mau naik, naik saja, kalau tidak ya tidak. Nggak usah digantung seperti ini. Masyarakat, jadi bingung dan resah. Kalau saya sendiri (pedagang) nggak masalah kalau BBM naik, karena harga jual barang dagangan yang saya jual akan mengikuti,” terangnya.
Sementara, salah seorang warga Capgawen Selatan, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan, Hilda (27) mengatakan, dirinya harus mengantri hingga 20 menit. “Untuk mengisi bensin, harus antri panjang. Lebih-lebih, sejumlah SPBU di Pekalongan ada yang kehabisan stok,” katanya.
“Sudah panas, antrian panjang. Padahal, kemarin kondisinya masih normal-normal saja,” ujarnya.
Ia khawatir, kepanikan terhadap isu kenaikan BBM ini dapat berimbas pada naiknya sejumlah harga kebutuhan pokok.
(sumber:Radarpekalongan)
Tags:
Warta Kajen