Kuda Kepang Meriahkan Malam Apresiasi Seni Kecamatan Karanganyar

KAJEN Kuda lumping atau jaran kepang merupakan salah satu cabang kesenian yang sudah lama tumbuh dan berkembang di berbagai daerah kabupaten di Jawa Tengah. Yang tercatat masih memiliki kesenian kuda lumping ini antara lain Kabupaten Magelang, Semarang, Kendal, Pekalongan, Batang, Tegal, Pemalang, Wonosobo dan Temanggung. Masing-masing kabupaten mempunyai ciri khas.
Pemkab Pekalongan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, dalam rangka untuk menggali kearifan lokal yang ada di wilayah, menggelar kegiatan Apresiasi dan Kreativitas Seni Budaya. Kegiatan tersebut diikuti dan dilaksanakan oleh 19 Kecamatan yang ada di Kabupaten Pekalongan.
Seperti halnya yang dilaksanakan oleh Kecamatan Karanganyar pada Sabtu (29/11/2014) malam di halaman kantor kecamatan setempat. Kegiatan menampilkan seni kuda lumping atau kuda kepang yang menghibur ratusan masyarakat sekitar Kecamatan Karanganyar yang memadati halaman pada malam Minggu itu.
Menurut Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pekalongan, Drs. Suwarno, kegiatan yang diselenggarakan di halaman kantor Kecamatan Karanganyar merupakan kegiatan terakhir untuk program tahun 2014. “18 Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Pekalongan telah melaksanakan kegiatan serupa dengan menampilkan seni lokal unggulan dari masing-masing Kecamatan,” ujarnya.
“Kami berharap dengan kegiatan semacam ini masyarakat bisa ikut berpartisipasi. Karena dengan kegiatan ini bisa menumbuhkan apresiasi kebudayaan asli Kabupaten Pekalongan,” imbuh Suwarno.
Dalam gelaran di halaman kantor Kecamatan Karanganyar itu, tari kuda lumping ini menghadirkan 3 fragmen tarian yaitu 2 kali tari Buto Lawas, dan tari Begon Putri. Dimana pada fragmen Buto Lawas, ditarikan oleh para pria saja dan terdiri dari 4 sampai 6 orang penari. Beberapa penari muda menunggangi kuda anyaman bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah, para penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh halus.
Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini. Ada satu warga sekitar yang menyaksikan pagelaran menjadi kesurupan dan ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan para penari lainnya.
Untuk memulihkan kesadaran para penari dan penonton yang kerasukan, hadirlah beberapa warok, yaitu orang yang memiliki kemampuan supranatural yang kehadirannya dapat dikenali melalui baju serba hitam bergaris merah. Para warok ini akan memberikan penawar hingga kesadaran para penari maupun penonton kembali pulih.
Pada fragmen terakhir, dengan gerakan-gerakan yang lebih santai, enam orang wanita membawakan tari Begon Putri, yang merupakan tarian penutup dari seluruh rangkaian atraksi tari kuda lumping malam Minggu itu. (Sumber : Humas kab.pekalongan)
Lebih baru Lebih lama