Anak Penderita Tumor, Butuh Uluran Dermawan



Kasih ibu, kepada beta. Tak terhingga, sepanjang massa. Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya menyinari dunia. Lagu tentang gambaran ibu tersebut, sangat melukiskan perjuangan salah seorang wanita, warga Desa Gondang Kecamatan Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, Inayanti (40). Betapa tidak, meski memiliki anak cacat dan sakit-sakitan sejak lahir, dia tetap sabar menjaga dan merawat dengan sepenuh hati.

Sambil duduk dan memangku anak ketiganya yakni Maghfiroh (6), istri dari Purnomo ini, menceritakan kondisi yang dialami. Dia menuturkan, anak perempuannya itu semestinya bisa sekolah dan bermain bersama teman-teman sebaya. Namun, lantaran menderita tumor otak dan cacat sejak lahir, hal itu tidak bisa dilakukan.

Diceritakan, saat lahir sekitar enam tahun lalu, Maghfiroh memiliki benjolan besar di bagian kepala, serta mengalami cacat tangan dan kaki. Setelah dicek oleh dokter, ternyata divonis memiliki penyakit kanker otak. Selang beberapa hari kemudian, dia langsung dilarikan ke RS Karyadi Semarang untuk operasi dan benjolan itupun bisa diatasi.

Namun sayang, lantaran keterbatasan biaya, saran dokter yang semestinya mengharuskan kontrol setiap minggu ke Semarang, tidak bisa dilakukan pihak keluarga. Sebagai penggantinya, orang tua hanya bisa memeriksakan kesehatan, ke pelayanan terdekat.

Pada usia sekitar delapan bulan, kondisi kesehatan Maghfiroh semakin menurun. Dengan hanya berpegang surat Jaminan Kesehatan Masyarakat dan dukungan dari pemerintah desa, dia diperiksakan dan menjalani operasi selama dua kali di RSUD Kraton. Tapi sayang kondisinya justru semakin memprihatinkan.

“Anak saya sebelumnya, sempat menunjukkan perkembangan dengan bisa menoleh ke kanan dan ke kiri. Tapi, semenjak operasi di RSUD Kraton hal itu tidak bisa dilakukannya lagi. Saya tidak tega dan tidak kuat melihat anak saya dipasang selang hingga usus keluar. Saya hanya bisa menangis dan meratapi garis takdir ini,” ujarnya sambil menangis.

Sementara itu, ayah Maghfiroh, Purnomo (45) menambahkan, usai menjalani operasi itu, pihaknya trauma memeriksanakan kesehatan anaknya kembali ke rumah sakit daerah. “Pemeriksaan kesehatan, kini hanya dilakukan ala kadar dan semampunya, atau dilakukan di puskesmas saja. Maghfiroh sendiri, kini hanya bisa berada di atas tempat tidur dan tidak bisa jauh dari orang tua,” kata pria yang sehari-hari bekerja membantu istri membuat kerupuk ini.

Dia berharap, para dermawan membantu pengobatan anaknya. “Kondisi keluarga kami sulit. Saya tidak memiliki pekerjaan dan hanya membantu istri membuat kerupuk di rumah. Musim penghujan ditambah lagi sepinya permintaan, membuat kami tidak bisa mencari uang sejak beberapa hari terakhir. Untuk kebutuhan sehari-hari hanya mengandalkan makanan seadanya. Kami mohon, tolong bantu anak kami,” ucapnya.
 
Lebih baru Lebih lama