Petani Tebu Kabupaten Pekalongan Rugi !!

KAJEN - Kebijakan pemerintah yang hendak mengimpor gula akan menambah bebah bagi petani tebu yang sedang dalam keterpurukan.Pasalnya, biaya produksi begitu tinggi. Sementara, harga gula dinilai terlalu rendah. Akibatnya, saat panen petani tebu justru mengalami kerugian.Hal tersebut diungkapkan oleh petani tebu Anas Asrori dari Desa Ketandan, Kecamatan Wiradesa, Kabupaten Pekalongan,Selasa (29/8).

"Saat ini Petani tebu rugi. karena biaya produksi saat ini sangat tinggi, sementara harga gula rendah. Untuk biaya sewa lahan perhektar Rp 15 juta, biaya pupuk dan garap lahan sekitar Rp 9 juta perhektar. Sehingga, biaya produksi mencapai Rp 24 juta perhektar. Padahal, jika kondisi tanaman tebu bagus, perhektarnya mampu menghasilkan 900 kwintal tebu. Asumsinya, tebu ini dibeli tengkulak seharga Rp 24 ribu perkwintal. Dari segi biaya produksi yang kita keluarkan saja tidak nutup, bahkan minus,"ungkapnya.
Adapun di pabrik gula, gula dari petani ditaksir harga 9.600 perKg. Menurutnya, petani mendapatkan bagi hasil 64 persen, dan 36 persen untuk pabrik. Dengan tingkat kadar gula atau rendemen sekitar 6 persen, maka petani pun mengalami kerugian.

 "Bisa dihitung sendiri. Jika kadar gula saat ini 6 persen, petani tetap rugi. Rendemen di Pekalongan di bulan Agustus atau musim kering semestinya tujuh koma, bisa 7,1 atau 7,2 seharusnya," katanya.

Hal ini diperparah dengan rusaknya mesin Pabrik Gula (PG) Sragi, Kabupaten Pekalongan. Menurutnya, pada awal Agustus atau tepatnya 7 Agustus 2017, tebu semestinya sudah ditebang. Namun, akibat persoalan teknis tersebut hingga saat ini tebu di Kecamatan Wiradesa dan sekitarnya belum ditebang. Sehingga, tanaman tebu sangat kering. Hal ini akan mengurangi tingkat rendemen yang ada.

 "Ketika mau dijual ke pabrik lain, misalnya di Sumber, Pangkah, Brebes Tersana itu ongkosnya harus sendiri. Ongkos tebang angkut dikasih harga Rp 16 ribu perkwintal. Jika 1 hektar ada 1.000 kwintal, maka biayanya Rp 16 juta perhektarnya. Biaya sewa Rp 15 juta, biaya angkut tebang Rp 16 juta, biaya pupuk Rp 9 juta, sudah berapa itu. Tambah rugi kita, sehingga petani tidak berani menjual ke pabrik lain.".

Lebih baru Lebih lama