Lagu " Celeng Dhegleng " Karya Sri Krishna ( Encik ), Adalah Gambaran Kerakusan

celeng-dhegleng-sri-krishna-encik


RADIONYA PEKALONGAN - Namanya mungkin tak setenar Ari Lasso, Anji, Rizqy febian, dan deretan musisi top tanah air lainnya. Namun karya-karya Sri Krishna,  gitaris Jogja yang berambut gimbal  ini patut sangat menggelitik, penggambaran tentang sebuah kerakusan.

Sri Krishna yang merupakan teman kuliah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ini, meluncurkan album berjudul “Celeng Dhegleng” di Studio Riverside Music and Rehearsal Space di Jalan Pakem-Turi, Dusun Kelireso RT 01 RW 17, Candibinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, sekitar tiga tahun lalu.

Dalam kaitan dengan hal itu, Suwarno Wisetrotomo, Pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Pascasarjana ISI Yogyakarta, yang juga Penulis kritik seni rupa dan Pendengar segala jenis seni suara, dalam catatan berkait dengan peluncuran album Celeng Dhegleng karya Sri Krishna tersebut menuturkan, komposisi lagu karya Sri Krishna yang liriknya ditulis oleh Sindhunata dan Sri Krishna, menggambarkan situasi yang Chaos.

“Orang-orang ramai, berteriak adu keras, riuh, seperti tengah memburu atau diburu sesuatu. Di tengah kekacauan itu, terdengar suara lengkingan perempuan, mencandra keadaan. Itulah goro-goro, sepotong waktu kalabendu; kerakusan, keangkaramurkaan, keculasan, kebohongan, kedengkian, iri dengki, nyinyir sumpah serapah melampaui batas, sedang dirayakan oleh sebagian besar orang yang kehilangan kiblat atau orientasi kehidupan. Situasi jauh dari tertib,” ungkap Suwarno Wisetrotomo.
sri-krishna-encik-celeng-degleng


Judul Celeng Dhegleng bertolak dari lukisan karya Djokopekik, yang dipamerkan tunggal pada Oktober 2013, dikuratori oleh Sindhunata (Romo Sindhu), dengan esai kuratorial “Zaman Edan Kesurupan”.

Lukisan Celeng Dhegleng menjadi percakapan melampaui perkara rupa, karena Djokopekik menggubah situasi sosial-politik pasca runtuhnya Orde Baru. Djokopekik melihat, bahwa Celeng-celeng yang rakus, perusak tatanan kehidupan, masih berkeliaran, meskipun “induk celeng” sudah mati (sebelumnya Djokopekik melukis Berburu Celeng yang monumental). Karena memang, “Celeng Dhegleng belum mati, nafsunya meraba-raba, dalam gelap hidup yang tak pasti-pasti” demikian tulis Romo Sindhu.

Itulah reportase galau hati Sri Krishna yang dijadikan lagu pembuka album Celeng Dhegleng. Dalam lagu itu Sri Krishna meneriakkan dengan ‘merdu’; “Celeng di mana-mana, merajalela, memakan apa saja, yang penting hatinya suka, Lengji Lengbeh, Celeng Siji Celeng Kabeh, manusia seperti Celeng, menebar nafsu angkara, menjarah apa saja, yang penting hatinya suka,” lantunnya.

Mainkan Musiknya :
Lebih baru Lebih lama