Kodim Dan KLH Buat 28.000 Lubang Resapan





KAJEN  Kodim 0710 Pekalongan bekerja sama dengan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kabupaten Pekalongan akan membuat 28.000 lubang resapan biopori dalam dua pekan sejak pencanangan Selasa (26/8) hingga 12 September 2014 mendatang. Kegiatan merupakan rangkaian Peringatan Hari Ulang Tahun TNI ke-69 dan HUT Kodam IV/ Diponegoro ke-64.
 
Dandim 0710 Pekalongan, Letkol Inf Riza Anom Putranto SIP, dalam sambutan pencanangan kegiatan pembuatan lubang resapan biopori di Desa Bener, Kecamatan Wiradesa, mengutarakan, pembuatan lubang biopori dilakukan pihaknya bekerja sama dengan KLH merupakan salah satu upaya untuk mengembalikan fungsi tanah, mencegah banjir pada musim hujan dan menambah cadangan air pada saat kemarau. “Istilah kami menyimpan air di musim hujan, memanen air di musim kemarau”. Selain itu, lubang biopori yang dibuat juga akan difungsikan sebagai komposter.
 
Lubang biopori akan dibuat di 19 desa di 7 kecamatan, yakni di Desa Pagumenganmas, Kalilembu, dan Bonsari Kecamatan Kedungwuni, Desa Randumukti Waren dan Sembung Jambu, serta  Legokclile, Kecamatan Bojong, Kelurahan Kertijayan, Simbang Kulon, dan Desa Paweden, Kecamatan Buaran. Desa lainnya yang menjadi sasaran pembuatan lubang biopori, yakni Kelurahan Bener dan Pekuncen, Kecamatan Wiradesa, Desa Sijambe dan Pesanggrahan, Kecamatan Wonokerto, Desa Purwodadi, Pait, dan Desa Tengeng Wetan, Kecamatan Sragi, Desa Karanganyar, Curug, dan Dadirejo, Kecamatan Tirto. “Kegiatan akan dilaksanakan anggota Kodim 0710 Pekalongan yang telah mendapatkan pembekalan dari KLH tentang cara membuat lubang biopori. Kegiatan juga akan melibatkan masyarakat setempat,” tutur Dandim.  
 
Terpisah, Kepala KLH Kabupaten Pekalongan, Drs. Sigit Pambudiono, menjelaskan, pembuatan lubang biopori akan lebih efektif dilakukan di daerah tengah seperti wilayah Kecamatan Wonopringgo, Karangdadap, Kedungwuni, Doro, dan Talun. Lubang biopori dibuat dengan kedalaman sekitar 1 meter dan jarak antar biopori 1 meter pula atau 0,5 meter di lingkungan perumahan. “Dampak dari pembangunan gedung-gedung mengakibatkan tanah tidak bisa menyerap air. Dengan pembuatan lubang biopori, diharapkan air hujan tidak langsung ke laut, namun terserap oleh tanah, sehingga bisa mencegah banjir,” terang Sigit.
 
Ditambahkan, biopori yang juga difungsikan sebagai komposter untuk mengolah sampah organik dari rumah masing-masing, setidaknya bisa mengurangi timbunan sampah di TPA. Lebih dari itu, kompos yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk organik yang bisa mengembalikan kesuburan tanah. Bahkan, pupuk organik juga bisa memberikan tambahan penghasilan keluarga.
Lebih baru Lebih lama