"Saya minta ditutup, saya beri waktu sampai akhir bulan ini. Ya maksimal sebelum bulan puasa. Jadi pas bulan puasa lokalisasi ini sudah tutup. Kalau ada yang bandel kami ambil tindakan tegas. Saya akan minta bantuan TNI dan Polisi," tandasnya kemarin.
Menurutnya, pihaknya tidak ingin semena-mena menutup langsung lokalisasi tersebut. Namun Antono sudah beberapa kali memberi waktu untuk dilakukan penutupan lokalisasi tersebut.
Diungkapkan, kebanyakan penghuni lokalisasi ilegal tersebut adalah warga pendatang. Selain dinilai kurang sesuai dengan julukan kota santri, kegiatan di lokasi tersebut tidak sesuai dengan norma yang ada.
Antono mengaku sudah berulangkali pula memberikan pembekalan ketrampilan bagi para penghuni lokalisasi tersebut. Selain itu, pihaknya juga sudah membuka potensi daerah yang ada untuk dimanfaatkan.
Sementara Kades Sidomukti, Harsito, mengaku kesulitan menertibkan lokalisasi tersebut. Sebab, penghuninya selalu berganti.
"Sudah sekitar 2 kali mau ditutup, tapi juga tetap tidak bisa. Karena selalu muncul lagi. Ya malu juga di desa kami ada lokalisasi, jadi semoga bisa ditutup," ujarnya.
Sementara Ketua Paguyuban lokalisasi Kebon Suwung, Budiono, mengaku, belum mengetahui rencana penutupan lokalisasi tersebut. Pihaknya akan lebih dulu mengumpulkan para penghuni lokalisasi tersebut.
Sementara salah seorang warga penghuni lokalisasi sebut saja Inem, 35, mengaku keberatan jika harus meninggalkan lokasi tersebut. Sebab, kebanyakan warga penghuni lokalisasi tersebut sudah memiliki anak.
"Kalau bisa jangan dulu. Sebab kebanyakan sudah punya anak. Saya sendiri sudah punya anak satu," ujarnya.
Tags:
Warta Kajen