Pemuda Kabupaten Pekalongan Juarai Ajang Internasional



 KAJEN - Pemuda Kota Santri menorehkan prestasi di tingkat internasional. Adalah Bayu Aji Setiawan (19), warga Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan pemuda berprestasi tersebut. Lulusan SMKN 1 Kedungwuni meraih Juara III dalam Kompetisi Internasional serta meraih Special Award dari Hongkong setelah menciptakan robot pembersih udara.

Robot yang diusung dalam kompetisi riset tingkat internasional dibuat Bayu dalam skala kecil, untuk kapasitas ruangan 3 x 3 m. Namun, dia menyatakan siap jika ada pesanan untuk skala yang lebih besar maupun industri, baik dalam bentuk portabel maupun robot. Bentuk portabel memerlukan biaya yang lebih kecil dibandingkan robot. Bayu hanya memerlukan 3 komponen utama untuk membuat pembersih udara portabel, yakni micro controller, kipas, dan sensor. Sedangkan bentuk robot, Bayu memerlukan komponen yang lebih kompleks.  

Cara kerja alat yang diciptakannya, dijelaskan, robot akan mendeteksi udara di sekitarnya dan jika menemukan adanya polusi, akan menyerapnya dan melepaskan kembali udara yang sudah melalui proses pemurnian menggunakan karbon aktif tanaman lidah mertua. Sensor akan menginformasikan high pollution (polusi tinggi) pada saat menemukan polutan dalam udara.

Arang tanaman lidah mertua yang digunakan untuk menyerap polusi udara dibuat dengan cara, pertama dengan memotong-motong tanaman tersebut, kemudian dioven selama 6 jam dan ditumbuk dan dimasukkan ke dalam larutan NaH2PO4 (Natrium Dehidrogen Phospat) konsentrasi 30 persen. Rendam dalam larutan tersebut selama sehari semalam. Setelah itu, angkat dan

keringkan dengan cara dioven lagi selama 1 jam. Kemudian, cuci dengan Aqua Demineralizata (air destilasi) sampai Phnya netral, kemudian dikeringkan dan dioven lagi selama satu jam. Terakhir, buat menjadi briket atau dipadatkan dengan dicampur lem atau pun tetes tebu. Keringkan dan siap digunakan.  

Serap 107 Macam Polusi
Sebanyak 10 kg tanaman lidah mertua dapat menghasilkan arang seberat 500 gram. Tanaman ini mudah untuk dibudidayakan di wilayah Kabupaten Pekalongan dan daerah-daerah lainnya. Tanaman lidah mertua mampu menyerap 107 macam polusi udara di dunia.

Karbon aktif dari tanaman lidah mertua dapat digunakan selama 6-8 bulan, setelah jangka waktu tersebut perlu diganti dengan yang baru.     

Bayu mewakili SMKN Kedungwuni mengikuti kompetisi di tingkat internasional bersama rekannya Galih Dwi Atmaja yang juga lulusan SMKN 1 Kedungwuni setelah dikirim pihak Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan sebelumnya menjadi Juara I Lomba Riset Daerah Kabupaten Pekalongan serta lomba di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya.

Mengenai latar belakang ide menciptakan robot atau alat pemfilter udara, Bayu mengungkapkan, karena menurutnya semua orang membutuhkan udara yang bersih. Pencemaran udara menjadi permasalahan yang luas saat ini, sehingga menurutnya, diperlukan alat yang dapat menyelesaikan persoalan tersebut, setidaknya membantu mengurangi polusi udara.

Alat yang diciptakan, menurutnya, tidak hanya perlu digunakan di kota-kota besar yang biasanya polutannya tinggi, namun, di daerah-daerah, tak terkecuali Kabupaten Pekalongan, menurutnya juga perlu, bahkan tingkat rumah tangga.   

Alat ini menurutnya dapat digunakan seluruh lapisan masyarakat. Polusi udara tidak hanya di luar ruangan, namun juga bisa ada di dalam ruangan. Alat bisa menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan kembali O2. “Kita jangan menunggu pencemaran sampai tinggi. Justru harus diantisipasi jangan sampai terjadi pencemaran,” kata putra pasangan Isma’un (alm) dan Siti Rukayah (50) saat diwawancarai Selasa (23/12).      

Lantaran ingin mengikuti kompetisi internasional waktu itu, Bayu tak sempat untuk mengurus pendaftaran di perguruan tinggi setelah lulus dari sekolah Juni 2015 lalu. Namun, Bayu bertekad untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dengan meminta rekomendasi dari LIPI atau pun melalui jalur SBMPTN. “Saya ingin kuliah di ITB. Namun, masuk ke perguruan tinggi tersebut tidaklah mudah, sehingga saya juga harus berusaha keras, belajar dan berdoa tentunya dengan harapan bisa menjadi mahasiswa ITB,” ungkap Bayu. Bungsu dari tiga bersaudara itu juga bertekad akan terus melakukan riset jika kuliah nanti.

Atas penghargaan yang diterimanya Bayu mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membimbing, membantu dan mensupportnya, antara lain pihak SMKN 1 Kedungwuni, Bappeda dan Pemkab Pekalongan, dan pihak LIPI serta pihak lainnya yang tidak bisa disebutkannya satu-persatu. Dia berharap hasil risetnya bisa diaplikasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Lebih baru Lebih lama