Kajen. Seorang Siswi SMK Swasta di Kota Santri bernama Nur Abadiyah harus menahan kesedihan karena dibayang-bayangi biaya
sekolah yang sejak pertama masuk belum juga dilunasi oleh orang tuanya. Sementara itu pada Senin (22/5), Ujian
Semester Genap kenaikan kelas tingkat SMA/SMK serentak digelar di Kota
Santri.
Siswi
dari keluarga miskin ini diminta oleh pihak sekolah supaya orang tuanya
datang ke sekolah mengingat dirinya belum mampu melunasi sejumlah iuran
sekolah. Untuk Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) saja, dirinya
tidak bisa melunasi sejak Bulan September 2016 hingga Bulan Juni 2017,
sebesar Rp 1,750 Juta. Tidak hanya itu iuran bulanan, Nur juga tidak
mampu membayar iuran gedung Rp 1 Juta, iuran praktek Rp 275 Ribu, dan
bayar ujian Rp 200 Ribu, dengan jumlah tunggakan sendiri mencapai Rp
3.225.000.
Untuk
memenuhi pembayaran anak yang baru ditinggal mati ayahnya 2 tahun lalu
itu, kakaknya yang sebagai tukang pijat, tidak bisa melunasinya.
"Nur
Abadiyah Kelas X sejak masuk sampai sekarang memang belum pernah
membayar SPP, nah kita ini akan komunikasi dengan orang tuanya. Kemudian
barusan ada Home Fisit guru BP ke sana (rumahnya) memang orang tuanya
sakit namun kan ada saudaranya atau kakaknya yang mestinya bisa
komunikasi. Karena sejak pertama ini yang ditanyakan sudah bayar atau
belum inikan belum ada yang pernah datang, kemudian tadi pagi kakaknya
menghadap saya diantar seorang. Setelah mendengar cerita kakaknya saya
memahami namun tadi setelah kakaknya datang dan selesai kemudian ramai
di media sosial dan ada anggota DPR yang telpon membayari semua biaya
sekolah ya monggo saya terimakasih," ungkap Kepala SMK 2 Yapenda, Muctar
kepada Radar.
Dijelaskan,
sekolah mengundang keluarganya untuk bisa menjelaskan kendala yang
dihadapi, karena kalau anak yang lain tahu ada yang tidak bayar dalam
satu tahun akan menular, kalaupun satu atau dua bulan bisa dipahami.
"Kalau
satu dibiarkan tidak bayar kan akan menular, kecuali memang kalau tidak
mampu kita bisa menjelaskan pada yang lain, karena kalau tidak bayar
ini sekolahan swasta kan repot," lanjutnya.
Adapun setelah ditanya, Nur Abadiyah tidak kenal dengan orang yang telah melunasi biaya sekolahnya senilai Rp 3.225.000,-. Dirinya merasa terharu dengan kebaikan Orang yang membantunya tersebut.
Sementara
di media sosial facebook, heboh kabar berita miring bahwa siswi SMK 2
Yapenda tidak diperkenankan untuk mengikuti ujian lantaran belum
melunasi administrasi. Bahkan berbagai tanggapan terus bermunculan dan
ada yang manyampaikan Hamba Allah yang telah melunasi semua administrasi
sekolah Nur Abadiyah.
Sementara
itu ditemui secara terpisah, Komisi D DPRD Kabupaten Pekalongan, Nurcholis, pihaknya sudah
mendapat kabar tersebut, namun ia mengaku apapun alasanya tidak
diperbolehkan sekolah melarang anak didiknya mengikuti ujian ketika
belum melunasi SPP atau sejenisnya. Ini berlaku untuk semua sekolah yang
ada di Kabupaten Pekalongan.
"Apapun
alasanya apakah belum bayar sekolah, tidak dibenarkan peristiwa itu.
Anak tetap harus ikuti ujian dan masalah biaya sekolah itu tanggung
jawab orang tua, kalaupun itu anak tak mampu bisa diselesaikan
belakangan yang penting jangan sampai anak putus sekolah," ungkapnya.
Tags:
Warta Kajen