KAJEN - DI Kabupaten Pekalongan pada peristiwa
malam G30S/PKI hampir juga terjadi penculikan terhadap tokoh militer dan tokoh agama.
Hal itu menimpa pada paman Bupati Pekalongan Asip Kholbihi yang bernama Ikhsan Dimyati
Kranji Kedungwuni. “ Paklik saya itu
waktu berpangkat Kapten. Beliau diitimidasi
oleh laskar dan pasukan yang berafiliasi
ke PKI disodori surat mengakui keberadaan Pemerintahan PKI yang ada di Jakarta,"terang
Bupati Pekalongan Asip Kholbihi pada acara Nonton Bersama Film G30S PKI di Aula
Lantai I Setda Kabupaten Pekalongan,Jum'at (29/9).
Hadir pada acara tersebut Ketua
DPRD Hj Hindun, Kapolres Pekalongan AKBP Wawan Kurniawan, Dandim 0710
Pekalongan Letkol Inf . Heri Bambang Wahyudi, Wakil Bupati Pekalongan Ir. Arini
Harimurti, Sekretaris Daerah Mukaromah Syakoer, Segenap OPD , tokoh agama dan masyarakat
, serta perwakilan organisasi kemasyarakatan.
Kapten Ikhsan Dimyati
menolak waktu, dan akan dieksekusi pada
pukul 00.00, dimasukkan ke sumur rumahnya yang saat itu sudah dijaga pasukan PKI. Dan Paklik saya waktu itu sudah siap dengan
pakaian dinasnya. Ketika laskar PKI ini
menunggu nunggu kabar dari jakarta untuk mengeksekusi, datanglah Tentara,
Polisi, laskar rakyat, dan Banser yang mengepung Pasukan yang berafilisas
dengan PKI tadi sehingga eksekusi Kapten Dimyati tidak terjadi.
”
Sejarah tentang rencana penculikan ini telah dibukukan sebagai bagian sejarah Kabupaten
Pekalongan dengan Bulik saya sebagai saksinya“ terangnya.
Selanjutnya Bupati Asip Kholbihi menambahkan bahwa dengan pemutaran film G30 S PKI ini kita bisa diingatkan
kembali tentang bahaya laten PKI , yang harus diwaspadai terus terus tanpa mengenal waktu, karena itu merupakan
idiologi.
“ Maka kita harus menggelorakan dan memberi pemahaman dengan baik, melalui aspek pendidikan, aspek pemahaman dan nilai
- nilai kepahlawanan secara baik kepada generasi muda” terang Asip.
“ Menjadi tugas kita untuk memberikan pendidikan dan pemahaman idiologi sejak dini mungkin dan titip kepada masyarkat untuk bersama - sama mengawasi dan memperdulikan lingkungan terhadap idiologi menyimpang,”tandasnya.
Tags:
Warta Kajen