KAJEN – Salah
satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan,
kecerdasan dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh
keadaan gizi. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi Tahun 2016, terdapat 3,4%
Balita dengan gizi buruk dan 14,4% gizi kurang.
Demikian disampaikan
Asisten Administrasi Sekda Ir. Bambang Guritno, saat membacakan sambutan
tertulis Bupati Pekalongan KH. Asip Kholbihi, SH., M.Si pada acara
Penandatanganan Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kesehatan Kabupaten
Pekalongan dengan Yayasan Amway Peduli tentang Kegiatan Peningkatan Program
Gizi Balita di Kabupaten Pekalongan sekaligus Sosialisasi Pemberian Nutrisi
Little Bits pada Balita Gizi Kurang di Kabupaten Pekalongan, Kamis (2/11/2017)
di aula lantai I Setda Kabupaten Pekalongan.
Dijelaskan, pengaruh
kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yaitu sejak janin sampai anak
berumur dua tahun, tidak hanya terhadap perkembangan fisik, tetapi juga
perkembangan kognitif yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kecerdasan dan
ketangasan berpikir serta terhadap produktivitas kerja.
“Kekurangan
gizi pada masa ini juga dikaitkan dengan resiko terjadinya penyakit kronis pada
usia dewasa, yaitu kegemukan (obesitas), penyakit jantung dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan diabetes,” ujar Bupati.
Lebih lanjut,
Bupati menuturkan bahwa salah satu prioritas pembangunan nasional di bidang
kesehatan adalah upaya perbaikan gizi yang berbasis pada sumber daya,
kelembagaan, dan budaya lokal. “Kurang gizi akan berdampak pada penurunan
kualitas SDM yang lebih lanjut dapat berakibat pada kegagalan pertumbuhan
fisik, perkembangan mental dan kecerdasan, menurunkan produktivitas,
meningkatnya angka kesakitan serta kematian,” imbuh Bupati.
Atas
terselenggaranya penandatanganan MoU antara Dinkes Kabupaten Pekalongan dengan
Yayasan Amway Peduli, Bupati sangat menyambut baik dan berharap agar
keiikutsertaan perusahaan melalui CSRnya dalam menangani anak gizi kurang baik
di Kabupaten Pekalongan tetap berkesinambungan.

Kepada para
petugas kesehatan, Bupati meminta agar betul-betul memanfaatkan moment
penandatanganan MoU ini sebagai bentuk upaya bersama dalam perbaikan gizi
masyarakat. “Saya mengajak semua pihak agar melaksanakan program ini dan juga
sekaligus memantau bantuan ini tepat sasaran dan tepat manfaat,” tegasnya.
Sementara itu
Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pekalongan Dra. Hj. Munafah Asip Kholbihi,
menyampaikan menekan angka kematian ibu dan balita tidak hanya tugas atau
tanggungjawab Pemerintah saja, tetapi semua pihak baik keluarga, masyarakat
lingkungan, tokoh agama dan tokoh masyarakat, perusahaan dan semua pihak. Karena
banyak faktor yang menjadi penyebab kematian, baik pada ibu hamil maupun
bayinya.
Disampaikan
Ny. Munafah Asip bahwa akar permasalahan tidak hanya sekedar faktor ekonomi
maupun transportasi saja. Menurutnya, salah satu faktor mendasar yang belum
sepenuhnya digarap terkait masalah AKI AKB ini adalah besarnya budaya patrilinial
untuk mengambil keputusan persalinan.
“Keputusan keluarga terhadap pemeriksanaan ibu
hamil sering terlambat, karena masih besarnya kekuasaan suami dan keluarga
besar sehingga untuk memutuskan dimana periksa, kapan, dan siapa yang membantu
persalinan seringkali harus menunggu keputusan dari suami atau keluarga besar,”
katanya.
Untuk itulah,
kata Ny. Munafah Asip, pada tanggal 29 Agustus 2017 lalu, bertepatan dengan
peringatan Hari Keluarga Nasional, pihaknya mencanangkan Program GEMA SETIA
(Gerakan Masyarakat Stop Kematian Ibu dan Anak). Dimana gerakan masyarakat ini
terdiri dari seluruh lapisan masyarakat dan sebagai ujung tombaknya adalah
relawan dan kader dari TP PKK, Fatayat NU, Nasyiatul Aisyiyah, dan UMRI
Rifaiyah.
Tags:
Warta Kajen