Rifaiyah Terima Rp 200 Juta Dari Pemkab Pekalongan

KAJEN – Bupati Pekalongan KH. Asip Kholbihi, SH.,M.Si atas nama Pemerintah Kabupaten Pekalongan menyerahkan bantuan hibah kepada Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Rifaiyah Kabupaten Pekalongan sebesar Rp 200 juta. Hibah diterima langsung oleh Ketua DPD Rifaiyah KH. Hafids pada acara pengajian Slapanan Ahad Kliwon di Masjid Dukuh Semampir Desa Kesesi Kecamatan Kesesi, Sabtu (11/11/2018) kemarin.

Dalam kesempatan itu, Bupati menyampaikan pendiri jamaah Rifaiyah yaitu Syech Ahmad Rifai telah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai pahlawan nasional. Bupati menceritakan bahwa dalam kurun waktu 3 tahun, Syech Ahmad Rifai mampu mengarang kitab sebanyak 55 judul. Kata Bupati, hal itu berdasarkan hasil riset dari para doktor dan profesor yang salah satunya adalah Prof. DR. Dawam Raharjo. 

“Kalau bukan seorang waliyulah, tidak mungkin seseorang bisa menyelesaikan karangan kitab 55 hanya waktu 3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Syech Ahmad Rifai ini sangat peduli terhadap ilmu dan beliau adalah seorang pembaharu pada jamannya. Nah ini tantangan bagi jami’yyah Rifaiyah saat ini bagaimana melestarikan ilmu yang telah diajarkan beliau,” ujar Bupati.

Dari gerakan pembaruan itulah, kata Bupati, Syech Ahmad Rifai kemudian membangun organisasi sosial kemasyarakatan yang disebut Rifa'iyah. Organisasi ini bergerak di ranah sosial agama dengan objek pembaruan masyarakat desa. Dalam perkembangannya, gerakan ini menjadi aksi protes penjajahan belanda dan kaum tradisional.

Sebagai ulama, lanjut Bupati, Syech Ahmad Rifai banyak berdakwah serta menulis dan menerjemahkan buku. Di antara karyanya, yakni kitab terjemahan kitab berbahasa Arab dari ulama terdahulu yang jumlahnya mencapai 55 judul. Ia menerjemahkannya bebas ke dalam bahasa Jawa, sehingga dapat dimengerti masyarakat pedesaan. Karya-karya terjemah yang disebut Tarjumah inilah yang paling terkenal dari hasil karyanya. Pasalnya, kitab-kitab itu sangat membantu masyarakat desa dalam memahami agama.

Dijelaskan Bupati, sebagai pejuang, Syech Ahmad Rifai sangat vokal dalam menyerukan perlawanan terhadap Belanda. Ia berdakwah sembari menanamkan semangat kemerdekaan kepada masyarakat. Alhasil, setiap geraknya selalu diawasi penjajah. Beliau sering kali diasingkan ke tempat terpencil. Ia juga pernah dibuang ke Ambon dan Manado.

Di akhir hayatnya, Syech Ahmad Rifai pun meninggal di pengasingan di Tanah Tondano, Minahasa, Manado, Sulawesi Utara. Bahkan, tanggal kematiannya pun tak ada yang tahu pasti. Ada yang bilang, Syech Ahmad Rifai wafat pada Kamis 25 Rabiul Akhir 1286 H di usia 86 tahun. Sumber lain menyebut beliau wafat pada 1292 H di usia 92 tahun. Jenazah Syech Ahmad Rifai dimakamkan di kompleks makam pahlawan di Tondano.

Masih menurut Bupati, Syech Ahmad Rifai juga seorang pencinta sekaligus pemerhati lingkungan. Beliau mengajarkan bagaimana masyarakat agar menjaga lingkungan sekitar agar tetap baik dan semakin baik, dengan segala kearifan lokal yang beliau miliki, beliau tulis beliau ajarkan, kemudian beliau kembangkan di wilayahnya.

Bupati mengharapkan semangat Syech Ahmad Rifai dalam konteks keilmuannya yang sangat luar biasa jangan sampai padam. “Saya lihat ini ada semacam diskoneksi. Dahulu Syech Ahmad Rifaiyah mengarang kitab terus. Untuk itu karya-karya santri Rifaiyah saat ini kita tunggu pembuktiannya. Silahkan dibukukkan, dipetakan,” katanya.

Terkait bantuan hibah yang diberikan Pemkab Pekalongan kepada DPD Rifaiyah Kabupaten Pekalongan, Bupati mengharapkan agar dana tersebut bisa bermanfaat dalam penggunaannya. “Ini adalah salah satu bentuk perhatian Pemkab Pekalongan kepada organisasi masyarakat yang ada di Kabupaten Pekalongan. Semoga bermanfaat bagi jamiyyah Rifaiyah di Kabupaten Pekalongan,” imbuhnya.
Lebih baru Lebih lama