Konser musik di alam terbuka ternyata telah dilakukan Pada 1970-an. konser musik itu berlabel Summer 28.
Summer 28 adalah akronim Suasana Menjelang Kemerdekaan RI ke 28. Digelar pada 16 hingga 17 Agustus 1973. Pengamat musik Bens Leo mengatakan, Summer 28 merupakan konser musik pop dan rock di alam terbuka pertama di Indonesia, berskala internasional.
“Buat Indonesia, ini pesta musik internasional pertama. Setahu saya yang ikut (selain Indonesia) ada negara tetangga terdekat, seperti Singapura, mungkin juga Malaysia,” kata Bens Leo
Pengamat musik Denny Sakrie dalam tulisan di laman pribadinya berjudul “40 Tahun Summer’28” menyebut, Summer 28 melibatkan 20 grup band yang punya nama dan kualitas mumpuni dari berbagai genre dan subgenre musik. Sebut saja Koes Plus, God Bless, Idris Sardi & The Pro’s, Young Gipsy, hingga Broery Marantika. Flybaits, band asal Singapura, ikut memeriahkan acara itu.
Dari puluhan kelompok musik yang hadir, The Rollies asal Bandung mendapat apresiasi besar penonton. Bens Leo menuturkan, The Rollies yang dikomandoi Bangun Sugito alias Gito Rollies itu sangat atraktif. Mereka memadukan gamelan bersama instrumen musik modern.
“Ini buat pertama kalinya musisi Indonesia memadukan gamelan dengan instrumen musik modern gitar, bas, keyboards, drum, alat musik tiup di atas panggung. Waktu itu, The Rollies membawakan lagu ‘Manuk Dadali’,” ujar Bens.
Tak bisa dipungkiri, Summer 28 terpengaruh gelaran Woodstock Festival di Amerika Serikat pada 1969. Festival musik akbar itu merupakan puncak perayaan budaya kaum hippies yang menjangkiti kaum muda. Tak heran pula jika Summer 28 disebut sebagai Woodstock-nya Indonesia.
Bens Leo mengatakan, pendana acara itu adalah Njoo Han Siang. “Saat itu di Indonesia tidak ada yang namanya sponsorship, yang punya duit saja yang bisa ambil bagian sebagai penyelenggara,” kata Bens Leo.
Menurut buku Njoo Han Siang: Pertemuan Dua Arus yang ditulis tim lembaga Centre for Strategic and International Studies, Njoo Han Siang merupakan salah seorang pendiri Bank Umum Nasional, bank nasional pertama di Indonesia. Dia juga pemilik PT Inter Pratama Studio Laboratorium, studio film berwarna pertama di Indonesia. Dan Summer 28 diadakan di lapangan Inter Pratama Studio milik Han Siang.
Njoo Han Siang tak sendirian. Denny Sakrie menyebut Summer 28 juga digagas sutradara film Wim Umboh dan A. Soegianto dari PT Intercine Studio. Ide ini muncul setelah ketiganya melakukan perjalanan ke luar negeri, di antaranya ke Amerika Serikat.
Summer 28 dihadiri sekitar 100 ribu penonton. Sayangnya, konser itu harus dihentikan karena terjadi kekacauan.
Menurut Muhammad Mulyadi dalam bukunya Industri Musik Indonesia, kerusuhan terjadi akibat panitia tak menepati janji untuk menggelar konser hingga pukul 06.00. Panitia juga dituding ingkar karena tak menampilkan grup band rock AKA dari Surabaya dengan pentolannya Ucok Harahap dan Terncem dari Solo.
Karena kecewa, penonton melemparkan botol-botol minuman dan benda-benda lain ke atas panggung. Sepuluh menit kemudian, pihak keamanan memukul mundur penonton menjauhi panggung.
Mundurnya penonton malah berakibat lebih luas. Mereka merusak lapak penjual makanan, spanduk iklan, dan empat mobil.
Bens mengatakan, keributan semacam itu merupakan hal yang biasa, karena saat itu belum terbentuk standar pengamanan berlapis dari petugas keamanan.
“Setelah Summer 28, polisi baru mulai melakukan standar pengamanan pertunjukan seni, terutama musik, karena sifatnya massal dengan penonton heterogen kesukaan musiknya,” ujar Bens.
Tags:
Sejarah Musik