KAJEN - Angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Pekalongan dari
tahun ke tahun cenderung meningkat. Ironisnya, 82 persen kasus
kematian ibu melahirkan justru terjadi di rumah sakit dan berada di wilayah perkotaan yang sarana transportasinya lebih mudah. Hingga
Selasa (17/2) kemarin, tercatat sudah ada empat kasus ibu meninggal di Kota Santri dan menduduki peringkat kedua se Jawa Tengah.
Bupati Pekalongan, Drs H Amat Antono MSi, Selasa (17/2), saat Lokakarya Program Penyelamatan Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir Dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Pekalongan di Aula Lantai I Setda, mengaku prihatin dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Pekalongan. Diterangkan, pada tahun 2013 ada 29 kasus (rangking 7 se-Jateng), tahun 2014 naik menjadi 39 kasus (rangking 5), dan tahun 2015 sampai dengan kemarin ada 4 kasus ibu meninggal (rangking 2).
“Ini sangat menyedihkan sekaligus memalukan, apalagi 82 persen kematian ibu terjadi di rumah sakit," ujar Antono.
Diutarakannya, dari 39 kasus pada tahun 2014, 12 kasus terjadi di RSUD Kraton, 7 kasus di RSUD Kajen, dan 9 kasus di RSI Pekajangan. Mirisnya, kematian ibu melahirkan tertinggi justru terjadi di daerah yang sarana transportasinya memadai, antara lain di Sragi, Tirto, Kedungwuni, dan Wiradesa.
"Ini berarti eksistensi kita dipertanyakan. Oleh karena itu, kita harus bisa memetakan masalah secara jujur dan melakukan tindakan secara ikhlas. Tidak perlu saling melempar kesalahan tapi bagaimana kita menindaklanjuti kondisi tersebut secara cepat dan tepat. Apakah karena sistem, sarana atau hal lain yang memerlukan pembenahan bersama, sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat dapat terwujud," tandasnya.
Masih Tinggi Angka kematian ibu melahirkan dari tahun ke tahun di Jawa Tengah sendiri terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada tahun 2014, terdapat 711 kasus kematian ibu melahirkan di provinsi ini. Oleh karena itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak berbagai lapisan masyarakat dan petugas kesehatan untuk memerangi tingginya angka kematian ibu melahirkan di Provinsi Jawa Tengah.
"Saya akan perangi angka kematian ibu melahirkan. Ini menjadi perhatian saya yang berikutnya terkait dengan reformasi birokrasi di bidang kesehatan di rumah sakit serta puskesmas setelah pelayanan publik. Angka kematian ibu melahirkan di Jateng pada 2014 termasuk tinggi dan kita harus malu serta berupaya menurunkannya," ujar Ganjar Pranowo saat kunjungan kerja di Puskesmas Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, baru-baru ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo, menambahkan, angka kematian ibu melahirkan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2010 terdapat 611 kasus, 2012 (675 kasus), 2013 (668 kasus), dan melonjak menjadi 711 kasus pada tahun 2014. Dari ratusan kasus itu, angka kematian ibu melahirkan paling banyak tercatat di lima kabupaten di Jateng, yaitu Brebes, Tegal, Grobogan, Pemalang, dan Kabupaten Pekalongan. Yulianto mengaku heran karena sebagian besar kasus kematian ibu melahirkan itu terjadi di rumah sakit, bahkan ditangani oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Menurut dia, ada sejumlah faktor utama yang
menjadi penyebab kasus kematian ibu melahirkan masih tinggi, antara lain belum meratanya dokter kandungan yang bertugas di Jateng.
"Saat ini dokter kandungan yang bertugas di Jateng sebanyak 204 orang dan 72 dokter di antaranya berada di Kota Semarang. Kondisi ini diperparah dengan adanya dokter yang menangani pasien di beberapa rumah sakit,"katanya.
kematian ibu melahirkan justru terjadi di rumah sakit dan berada di wilayah perkotaan yang sarana transportasinya lebih mudah. Hingga
Selasa (17/2) kemarin, tercatat sudah ada empat kasus ibu meninggal di Kota Santri dan menduduki peringkat kedua se Jawa Tengah.
Bupati Pekalongan, Drs H Amat Antono MSi, Selasa (17/2), saat Lokakarya Program Penyelamatan Ibu Hamil dan Bayi Baru Lahir Dalam Upaya Penurunan Angka Kematian Ibu di Kabupaten Pekalongan di Aula Lantai I Setda, mengaku prihatin dengan tingginya angka kematian ibu melahirkan di Kabupaten Pekalongan. Diterangkan, pada tahun 2013 ada 29 kasus (rangking 7 se-Jateng), tahun 2014 naik menjadi 39 kasus (rangking 5), dan tahun 2015 sampai dengan kemarin ada 4 kasus ibu meninggal (rangking 2).
“Ini sangat menyedihkan sekaligus memalukan, apalagi 82 persen kematian ibu terjadi di rumah sakit," ujar Antono.
Diutarakannya, dari 39 kasus pada tahun 2014, 12 kasus terjadi di RSUD Kraton, 7 kasus di RSUD Kajen, dan 9 kasus di RSI Pekajangan. Mirisnya, kematian ibu melahirkan tertinggi justru terjadi di daerah yang sarana transportasinya memadai, antara lain di Sragi, Tirto, Kedungwuni, dan Wiradesa.
"Ini berarti eksistensi kita dipertanyakan. Oleh karena itu, kita harus bisa memetakan masalah secara jujur dan melakukan tindakan secara ikhlas. Tidak perlu saling melempar kesalahan tapi bagaimana kita menindaklanjuti kondisi tersebut secara cepat dan tepat. Apakah karena sistem, sarana atau hal lain yang memerlukan pembenahan bersama, sehingga apa yang menjadi harapan masyarakat dapat terwujud," tandasnya.
Masih Tinggi Angka kematian ibu melahirkan dari tahun ke tahun di Jawa Tengah sendiri terus mengalami peningkatan cukup signifikan. Pada tahun 2014, terdapat 711 kasus kematian ibu melahirkan di provinsi ini. Oleh karena itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengajak berbagai lapisan masyarakat dan petugas kesehatan untuk memerangi tingginya angka kematian ibu melahirkan di Provinsi Jawa Tengah.
"Saya akan perangi angka kematian ibu melahirkan. Ini menjadi perhatian saya yang berikutnya terkait dengan reformasi birokrasi di bidang kesehatan di rumah sakit serta puskesmas setelah pelayanan publik. Angka kematian ibu melahirkan di Jateng pada 2014 termasuk tinggi dan kita harus malu serta berupaya menurunkannya," ujar Ganjar Pranowo saat kunjungan kerja di Puskesmas Wiradesa, Kabupaten Pekalongan, baru-baru ini.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo, menambahkan, angka kematian ibu melahirkan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2010 terdapat 611 kasus, 2012 (675 kasus), 2013 (668 kasus), dan melonjak menjadi 711 kasus pada tahun 2014. Dari ratusan kasus itu, angka kematian ibu melahirkan paling banyak tercatat di lima kabupaten di Jateng, yaitu Brebes, Tegal, Grobogan, Pemalang, dan Kabupaten Pekalongan. Yulianto mengaku heran karena sebagian besar kasus kematian ibu melahirkan itu terjadi di rumah sakit, bahkan ditangani oleh dokter spesialis obstetri dan ginekologi. Menurut dia, ada sejumlah faktor utama yang
menjadi penyebab kasus kematian ibu melahirkan masih tinggi, antara lain belum meratanya dokter kandungan yang bertugas di Jateng.
"Saat ini dokter kandungan yang bertugas di Jateng sebanyak 204 orang dan 72 dokter di antaranya berada di Kota Semarang. Kondisi ini diperparah dengan adanya dokter yang menangani pasien di beberapa rumah sakit,"katanya.
Tags:
Warta Kajen
