KAJEN - Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi yang begitu
pesat serta pengaruh globalisasi, wawasan kebangsaan juga mengalami
penurunanan.
Perang masa kini yang terjadi dan perlu untuk diwaspadai
oleh Indonesia adalah perang proxy atau proxy war.
Hal tersebut disampaikan Kasiintelrem 071/Wk Letkol Inf Hari
Purnomo sebagai narasumber Komunikasi Sosial TNI bersama PPM dan FKPPI jajaran
Korem 071/Wk, Kamis (10/8) di Gedung Pertemuan A.Yani Makorem 071/Wk
Jl.Gatot Subroto No.1 Sokaraja Banyumas.
Dikatakan, proxy war merupakan konfrontasi antara dua
kekuatan besar dengan menggunakan pemain pengganti. Hal ini untuk mengurangi
konfrontasi secara langsung dengan alasan mengurangi risiko konflik yang
berakibat kehancuran fatal.
Melalui perang proxy ini, tidak dapat dikenali dengan jelas
siapa kawan dan siapa lawan karena musuh mengendalikan non state actors
tersebut dari jauh baik berasal dari dalam maupun luar negeri.
“Proxy war begitu sulit untuk dideteksi karena kita tidak
berhadapan langsung dengan negara yang akan melancarkan perang terhadap kita.
Proxy war tidak melalui kekuatan militer tetapi perang melalui berbagai aspek
kehidupan berbangsa dan bernegara. Baik melalui politik, ekonomi, sosial budaya
dan termasuk hukum," terangnya.
Indikasi proxy war di Indonesia diantaranya dengan gerakan
separatis dan gerakan radikalisme baik radikal kanan ataupun kiri, demonstrasi
massa yang anarkis, sistem regulasi dan perdagangan yang merugikan, narkoba,
pemberitaan media yang provokatif, tawuran (pelajar, mahasiswa, masyarakat),
bentrok antar kelompok serta pornografi, seks bebas dan gerakan LGBT.
“Ancaman nyata bangsa Indonesia kedepan, lebih dari 79 %
konflik dunia berlatar belakang energi, pertumbuhan penduduk dunia, pangan dan
air semakin langka,” ungkapnya.
Disampaikan bahwa realitas kehidupan yang terjadi disekitar
kita dewasa ini menunjukkan kecenderungan kita telah terbawa arus kepentingan
pihak yang melancarkan proxy war terhadap Indonesia. Seperti penguasaan media
massa untuk melakukan pembentukan opini, menciptakan rekayasa sosial dengan
tujuan membuat kegaduhan di masyarakat telah semakin terlihat dan dirasakan
dampaknya oleh kita. Disisi lain heterogenitas masyarakat Indonesia terus
dilanda dengan berbagai isu yang berpotensi memecah belah Kebhinnekaan dalam
persatuan dan kesatuan bangsa. Dan pada waktu bersamaan, generasi muda bangsa
dihancurkan melalui budaya negatif seperti budaya konsumtif, hedonisme, judi
online, pergaulan bebas/seks bebas, narkoba dan lainnya yang merusak generasi
muda bangsa.
“Mari kita jaga dengan menanamkan dan menguatkan kembali
nilai-nilai luhur Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan jatidiri bangsa
Indonesia, dalam menghadapi ancaman dan tantangan bangsa kedepannya.Indonesia harus didukung para pemudanya sebagai generasi
muda penerus perjuangan bangsa yang menjadi agen perubahan dan pemersatu
bangsa”, pungkasnya.
Tags:
Warta Kajen
